Pandemi Covid-19 menuntut semua orang untuk meminimalisir aktivitas di luar ruangan, kegiatan belajar dilakukan secara daring, bekerja dilakukan dirumah tanpa perlu kekantor, dan perkumpulan skala besar seperti konser ditiadakan. Hal tersebut membuat orang mencari kesibukan lain yang bisa dilakukan selama dirumah aja.
Selama dirumah aja,banyak orang yang mulai eksplorasi keahlian di bidang lain, seperti memasak, dan berkebun. Melihat dari hal itu, ternyata berkebun memiliki banyak peminat, melansir dari laman kompas.com, M. Arif Rohman Hakim, founder Ayo Nandur, mengalami kenaikan permintaan sebesar 30 – 50 persen dimasa pandemi.
Di masa pandemi, banyak orang yang memanfaatkan lahan yang ada di rumahnya untuk berkebun, mulai dari tanaman hias sampai pangan. Pangan terlihat memiliki banyak manfaat karena bisa mengurangi pengeluaran untuk belanja, “Saya tidak pernah mengalami mahal nya cabe dan mahal nya jahe. Tinggal ambil dari belakang,” kata Imam Kurnia Putra yang mulai menekuni berkebun dirumah, kepada BBC News Indonesia, dan itu semua harus dijalani melalui proses yang tidak mudah.
Tentunya proses tak selalu mudah, mungkin kita hanya lihat keuntungan dari berkebun dirumah, padahal dibelakang itu semua, banyak kendala yang terjadi selama proses merawat tanaman, seperti tanaman tidak tumbuh dengan sempurna, daun terserang penyakit tanaman, dan hama yang mulai menggerogoti tanaman.
Hama yang menggerogoti tanaman pasti membuat jengkel, bagaimana tidak, melihat tanaman yang kita rawat rusak dan bolong-bolong, sehingga mengurangi selera untuk memakan tanaman pangan yang kita tanam. Belalang adalah hama yang paling banyak menyerang tanaman, terutama bayam dan kangkung, jika sudah terjadi perlu dilakukan antisipasi agar tidak terjadi lagi.
Antisipasi yang bisa dilakukan adalah rotasi tanaman, “Rotasi tanaman adalah mencabut semua tanaman yang terkena hama, lalu beri obat untuk mengolah tanahnya, agar bisa ditanam kembali dengan bibit yang sama, Setelah itu, tambah jebakan Yellow Trap ”Ujar Yuddy Mei yudha, Strp, seorang sarjana dari Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor, ketika ditemui di Nara Kupu Village, Depok.
Dengan cara itu diharapkan, hama akan berkumpul dan terjebak di Yellow trap sehingga tidak mengganggu tanaman yang ditanam. Yellow trap merupakan jebakan untuk hama yang menggunakan botol plastic bekas berwarna kuning untuk menarik perhatian hama, karena hama seperti serangga dipercaya menyukai warna kuning.
Jebakan kuning ini akan manangkap hama seperti kutu, trips, vektor, dan lalat buah, tapi kenyataan di lapangan tak selalu sesuai dengan rencana, ada saja cara untuk hama tersebut untuk kembali lagi ketempat yang sama, jika hal itu terjadi, Yuddy memiliki cara lain untuk mengantisipasinya.
Untuk mengantisipasinya, bisa menggunakan metode tumpang sari, Yuddy menjelaskan “Caranya hampir sama seperti rotasi tanaman, semua tanaman dicabut, lalu tanah diolah”, “Setelah olah tanah, tanam bibit dengan jenis yang sama di tengah-tangahnya, lalu tanam bibit yang berbeda disekitar bibit sebelumnya dengan pola berkeliling”, tambah Yuddy.
Metode tumpang sari sudah dilakukan Yuddy di Nara Kupu Village, Depok, sebuah tempat rekreasi dan edukasi seputar pertanian. Di Nara Kupu Village menanam berbagai macam tanaman, seperti sayur, rempah, dan buah, yang hasilnya akan didistribusikan ke Sayur Kendal.
Hal ini bisa memastikan, Sayur Kendal mendapatkan pangan terbaik, karena proses dan perawatan nya juga terpantau di Nara Kupu Village. Sebelum proses distribusi, pangan yang dipanen sudah dipilah terlebih dahulu, lalu dicuci sampai bersih.