article

Harga Cabai Mulai Mahal, Haruskah Kita Berhenti Konsumsi Cabai

Harga pangan mulai melonjak di bulan Januari 2021, terhitung setelah kenaikan tempe dan tahu, ada dua komoditas lain yang menyusul, yaitu Daging sapi dan cabai rawit merah. Cabai rawit merah sendiri harganya bisa mencapai Rp126.000 per Kg, sejak 8 Januari kemarin.

Kemarin harga cabai memang sudah mengalami kenaikan dari Desember, dan hal tersebut masih sulit dikontrol, mengutip dari laman merdeka.com, Ketua Bidang Infokom DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan mengatakan, “Cabai telah mengalami kenaikan harga sejak sebulan lalu. Namun hingga kini, kenaikan bahan makanan tersebut belum bisa dikontrol”.

Hal ini terbilang tidak wajar, disinyalir penyebabnya adalah keadaan ekonomi masyarakat yang belum pulih setelah natal dan tahun batu, Reynaldi berpendapat, daya beli masyarakat memang belum kembali normal, ditambah lagi kasus Covid yang belum selesai.

Kasus Covid yang belum selesai, berimbas pada kenaikan cabai, bahkan cabai merah besar mengalami kenaikan lebih dari 100%. Hal ini tentu merugikan banyak pihak, mulai dari  produsen sampai konsumen.

Dari sisi produsen, yaitu petani mengalami kerugian, karena pasokan yang kurang, dan para petani berhenti memproduksi cabai, dikarenakan harga cabai merah sempat jatuh 4 bulan lalu, yang mana berimbas pada konsumen.

Konsumen pasti memiliki minat yang besar pada cabai, sederhananya bisa dilihat dari menu orang Indonesia yang selalu menghidangkan sambal di meja makan. Tapi, jika melihat dari mahalnya harga cabai saat ini, pasti beberapa dari konsumen, mengurangi atau bahkan berhenti konsumsi cabai.

Sayangnya, konsumsi cabai sudah seperti kewajiban untuk orang Indonesia, bahkan sampai ada yang bilang jika tidak makan pedas, seperti ada yang kurang. Hal ini tentu, menjadi bukti bahwa orang Indonesia tidak bisa lepas dari cabai.

Cabai yang dijadikan sambal, begitu melekat dengan budaya makan orang Indonesia. Menurut Koki Billy Kalangi, salah satu alasannya adalah karena orang Indonesia suka makan nasi, karena rasa nasi putih cenderung hambar, maka mereka mencari paduan yang cocok untuk menambah cita rasa dan meningkatkan selera makan.

“Karena ada nasi putih. Dari penyajiannya supaya nasi putih tadi kaya rasa. Apalagi kalau dengan ayam goreng tanpa sambal ibarat main di taman tanpa bunga,” kata pria yang dikenal dengan nama Chef Billy ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Cabai mahal di pasar tak berarti harus berhenti makan pedas, jika ingin harga yang lebih murah, bisa coba belanja di Sayur Kendal. Kenapa Sayur Kendal bisa menjual dengan harga yang lebih murah? Karena mereka memiliki kebun sendiri bernama Nara Kupu Village.

Nara Kupu Village adalah Kontrol dan pengawasan produksi serta pengolahan hasil dari lahan sendiri, sesuai standar kesehatan dan kebersihan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini diharapkan akan mendapat hasil yang berkualitas serta memberikan rasa aman kepada konsumen.

Rasa aman pada konsumen tentu merupakan visi utama dari Sayur Kendal,  yang mana selalu memastikan ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat, dengan menghadirkan aneka macam pangan, tidak hanya sayur.

Sayur memang menjadi fokus utama sayur Kendal, namun mereka juga memiliki aneka pangan lain, seperti buah-buahan, umbi-umbian, beras, telur dan rempah-rempah seperti bawang dan cabai. Aneka pangan yang dimiliki Sayur Kendal dinilai cukup untuk penuhi kebutuhan harian, ditambah lagi harganya murah karena hasil produksi kebun sendiri.

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180407091903-262-289014/alasan-orang-indonesia-tak-bisa-hidup-tanpa-sambalhttps://www.merdeka.com/uang/harga-cabai-naik-100-persen-di-periode-natal-2020.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *